BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi kembali meraih penghargaan Piala Adipura 2017 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri LHK Siti Nurbaya kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Jakarta, Rabu malam (2/8).
Penghargaan ini merupakan yang kelima kalinya secara beruntun bagi Kabupaten Banyuwangi sejak 2013.
Sebelum meraih penghargaan bidang lingkungan untuk kota/kabupaten tersebut, Piala Adipura telah lama tak mampir ke Banyuwangi. Terhitung sejak tahun 1996 hingga tahun 2012, atau selama 17 tahun lamanya. Pada 2013, penghargaan tersebut kembali diraih bumi blambangan.
Banyuwangi meraih Adipura untuk kategori kota sedang. Penghargaan ini diberikan pada daerah yang dinilai mampu menjaga lingkungan dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan.
“Alhamdulillah Banyuwangi mempertahankan Adipura lima tahun berturut-turut. Ini buah kerja keras masyarakat. Semua berperan nyata, seperti petugas kebersihan dan persampahan, dan yang paling nyata adalah semua warga yang ingin mewujudkan budaya bersih,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Anas mengatakan, Kabupaten Banyuwangi memiliki petugas dan program untuk menjaga kebersihan dan mengelola sampah. Namun, yang paling berperan menjaga kebersihan lingkungan adalah masyarakat.
"Karena kunci kebersihan ada di masyarakat, maka mari bersama-sama berbenah," ujar Anas.
Upaya lain yang telah dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi untuk menjaga lingkungan adalah dengan cara memasang CCTV di sejumlah titik aliran sungai. Tujuannya, memantau warga yang membuang sampah di sungai.
"Sehingga warga yang akan membuang sampah ke sungai menjadi malu," katanya.
Selain itu, Banyuwangi mempercantik pintu-pintu air sungai dengan cat warna-warni. Yang tak kalah menarik, pemerintah menyediakan lokasi khusus untuk swafoto.
Saat ini, petugas yang rutin menjaga kebersihan kota Banyuwangi berjumlah 620 orang. Mereka bertugas sebagai petugas penyapu, petugas drainase, petugas bank sampah, dan pengelola taman.
Kebersihan ruang publik
Banyuwangi juga memiliki 23 ruang terbuka hijau. Fungsinya, lanjut Anas, sebagai ruang publik sekaligus penjaga kebersihan udara.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Husnul Chotimah, mengatakan penghargaan Adipura diraih karena Banyuwangi memenuhi sejumlah kriteria penilaian.
Selain pengelolaan sampah dan tersedianya ruang terbuka hijau, faktor yang dinilai juga kebersihan di sejumlah ruang publik, seperti pasar, jalan, perkantoran, sekolah, rumah tinggal penduduk, sungai serta ketersediaan fasilitas penunjang kebersihan yang disiapkan oleh pemerintah daerah.
"Target ke depan, kami akan menyediakan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di tingkat desa dan kecamatan. Untuk program ini, minimal kecamatan menyiapkan satu TPA dengan menggunakan lahan yang tak terpakai untuk TPA. Semoga permasalahan aset yang akan dipakai untuk TPA bisa segera dipenuhi," ujarnya.
Selain Piala Adipura, Warga Banyuwangi juga meraih penghargaan Kalpataru bidang penyelamat lingkungan yang diberikan kepada kelompok Nelayan Samudra Bhakti, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, pengelola kawasan wisata "Bangsring Underwater."
Penghargaan semakin lengkap karena tiga sekolah di Banyuwangi menerima pernghargaan Adiwiyata Predikat Mandiri, yaitu SMAN I Giri, SDN Penganjuran IV dan SDN 2 Tampo, Kecamatan Cluring. (KONTRIBUTOR BANYUWANGI/ FIRMAN ARIF)